Ade Iskandar

Catatan ringan seorang Ade Iskandar.

Sudah sampai di manakah kita berhijrah?

Oct 25, 2014Blog

Hijrah

Hijrah
Tahun baru Hijriyah merupakan tahun baru bagi umat Islam, sayangnya tahun baru ini malah sering terlupakan oleh orang Islam sendiri, khususnya orang Islam di Indonesia. Bukan hanya karena penanggalan resmi Negara Indonesia yang menggunakan Tahun Masehi, tapi lebih kepada kurangnya minat orang Islam untuk mendalami agamanya. Padahal fungsi tahun Hijriyah ini sangat penting, sebab berkaitan dengan jadwal Ibadah, seperti Haji, Puasa Ramadhan dan lain sebagainya.

Ironisnya para pemimpin-pemimpin umat Islam seakan tak peduli dengan hadirnya tahun ini. Lihat saja, apakah ada sidang isbat untuk menentukan tanggal 1 Muharram (atau mungkin pernah ada tapi tidak diliput media)?. Tak seheboh penentuan 1 Ramadhan yang seakan-akan harus benar-benar melihat bulan, bisa berbeda hari jatuhnya, berbeda waktu shalatnya. Apakah ini menunjukan para pemimpin agama Islam kita ini (atau bahkan kita sendiri) hanya mau melakukan sesuatu jika diliput media, dilihat orang lain, agar dihormati, bermuatan politis. Padahal kalau dipikir-pikir bukankah seharusnya tanggal 1 Muharram inilah yang harus benar-benar diperhatikan, karena ini merupakan awal tahun. Yang dengan menentukan jatuhnya, dapat memperkecil perbedaan, karena telah menentukannya jauh jauh hari.

Lalu apakah kira-kira yang menyebabkan semua ini? akar jawabannya mungkin satu, yaitu kita belum benar-benar ber-hijrah. Kita mungkin terlalu sepele dengan berlalunya tahun hijriyah ini. Padahal jika diperhatikan kembali sejarah penentuan tahun hijriyah ini, sarat dengan makna perubahan yang lebih baik. sekarang sudah sejauh manakah kita ber-hijrah pada kebaikan? atau masih seperti dulu atau bahkan lebih buruk?

Coba kita tanya diri kita masing-masing? untuk kita yang lelaki,

  • Sudahkah kita melaksanakan shalat lima waktu?
  • Sudahkah shalat itu di awal waktu?
  • Sudah kita berjama’ah melakukannya?
  • Sudahkah shalat berjama’ah itu dilakukan di masjid ?
  • Sudakah kita berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan?

Untuk sahabat saya yang perempuan, selain pertanyaan tentang shalat (yang lebih afdhal di lakukan di rumah),

  • Sudahkah berniat untuk menutup aurat?
  • Sudahkah memulai menutup aurat saat berpergian?
  • sudahkah meninggalkan pakaian yang ketat, mini dan sexy?
  • Sudahkah beristiqamah memakai hijab yang syar’i?

Itu masih hal-hal yang memang wajib kita laksanakan sebagai orang Islam, belum lagi amalan-amalan sunah yang sangat dianjurkan, seperti membaca, mengartikan dan menelaah dan mengamalkan Al-Qur’an. Membaca, menelaah, meneladani hadits dan sunnah Rasulullah Muhammad SAW (yang kita mengaku ummatnya). Shalat tengah malam, Tarawih, witir, dhuha, sedekah dan lain sebagainya. Belum lagi hal-hal yang harus kita penuhi dalam bermasyarakat, seperti menyambung tali silaturahmi, tolong-menolong dalam kebaikan. Berbuat baik pada sesama (tak peduli muslim atau tidak), menjaga amanah, Jujur, berakhlak baik dan segudang adab bermasyarakat lainnya.

Well mungkin ada sebagian dari yang membaca tulisan ini mengeryitkan dahi, atau berbibir kerut dan bergumam “Alah santai ajalah…”, atau “nanti ajalah.., sok alim banget sih“, “Gak perlu fanatik-fanatik banget“, “Ada waktunya kok, Kalau udah dapet Hidayah” dan segudang bla bla yang intinya kita belum mau melakukan.

Ya sah-sah saja sih, boleh-boleh saja berkata begitu, tapi ingat…, waktu tidak akan menunggu kita sampai siap atau belum? kalau waktunya kita meninggal ya akan meninggal. dalam Islam itu tidak ada anjuran untuk jadi islam fanatik, Islam diplomatik, Islam goyang itik, Islam moderat, Islam Sekarat atau Istilah yang lain-lain. Yang ada itu adalah anjuran menjadi yang Islam Kaffah (menyeluruh, full gak setengah-setengah). Islam bukan cuma di masjid, Islam bukan cuma bulan Ramadhan, Islam bukan cuma lebaran, tapi Islam harus setiap waktu. Kalau belum sanggup jangan mencela nasehat atau malah mencela orang yang sedang berusaha memulai berbuat, tapi berdoalah agar dimudahkan dan berusahalah untuk memastikan itu mudah atau tidak.

Seandainya kita sudah bisa sami’na wa atho’na, maka insyallah kita akan bersatu, tidak ada perdebatan yang tak berguna, kita akan bersatu dalam satu pimpinan, tidak ada perbedaan dalam penentuan Ramadhan. Lingkungan kita akan mendapat berkah. Sudahlah.. jangan terlalu banyak berdebat pada sesuatu yang memang Tuhan sudah anjurkan. berbuatlah meski itu sulit, berdoalah agar semuanya jadi mudah.

Selamat tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1436 H. hijrah tak kenal lelah! :)